Darwati, si PRT sarjana administrasi niaga
berpredikat cumlaude
Jumat, 22 Mei 2015 07:01 WIB | 10.961
Views
Pewarta: Zuhdiar Laeis
Ilustrasi. Pembantu Rumah Tangga (PRT). (Istimewa)
Yang
mengejek, ya pasti ada, namun saya anggap angin lalu. Untuk dana, saya sisihkan
uang gaji, kadang saya pinjam teman, kadang juga diberi uang saku sama Bapak
(majikan, red.)."
Semarang (ANTARA News) - Darwati (23) yang bekerja sebagai pembantu
rumah tangga di Kabupaten Blora, Jawa Tengah, berhasil meraih gelar sarjana
administrasi niaga Universitas 17 Agustus (Untag) Semarang.
"Memang sejak lulus sekolah menengah atas (SMA) saya ingin kuliah, namun
terhambat biaya. Makanya, saya memilih bekerja dulu," kata gadis kelahiran
20 Februari 1992 itu, di Semarang, Kamis.
Di sela mengikuti prosesi wisuda di Kompleks Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT)
Semarang, gadis berparas ayu putri pasangan Sumijan dan Jasmi itu menceritakan
awal dirinya bekerja di Jakarta.
Selepas lulus dari SMA Muhammadiyah 5 Todanan, Darwati memutuskan merantau ke
Jakarta untuk bekerja, namun belum genap seminggu kembali pulang ke kampung
halaman karena tidak kerasan.
"Setelah itu, saya sempat ikut kerja berjualan es campur di kampung. Ya,
kira-kira tiga minggu saya kerja di sana, namun belum sempat gajian karena saya
keburu pindah kerja," katanya.
Ia mengakui pemilik usaha es campur itu sebenarnya baik dan tidak merelakan
dirinya pindah, namun sudah ada tawaran bekerja sebagai PRT di keluarga drg
Lely Atasti Bachrudin, di Grobogan.
Darwati mengaku teringat betul mulai bekerja sebagai PRT di keluarga dokter
gigi itu pada 16 Agustus 2010, dan ketika itu masih belum terbayang kelak akan
bisa meneruskan pendidikan sampai sarjana.
"Suatu waktu, saya nggremeng (bergumam, red.) ingin kuliah. Mungkin
didengar sama Bapak (majikan, red.). Beberapa hari setelah itu, Bapak tiba-tiba
bilang saya boleh nyambi kuliah," ungkapnya.
Diceritakan, majikannya kala itu mengatakan jika ayahnya dari desa baru saja
menemui sang majikan dan menyampaikan keinginan Darwati berkuliah, dan
majikannya ternyata mengizinkan.
"Saya langsung semangat mencari informasi perguruan tinggi sampai akhirnya
memilih di Semarang. Saya sisihkan sebagian gaji. Ternyata, bapak saya tidak
pernah menemui beliau (majikan, red.)," kenangnya.
Untuk berangkat kuliah, ia harus menempuh jarak kurang lebih 50 kilometer yang
dilakoninya dengan menumpang bus, meski terkadang menumpang kawannya yang
kebetulan berasal dari Grobogan.
"Kadang, saya diminta menemani anaknya Bapak (majikan, red.) yang tinggal
di Semarang. Jadi, sekalian menginap di sini. Ya, begitu. Saya ke Semarang, ya,
kalau ada jadwal kuliah," katanya.
Selama menjalani kuliah, ia mengaku kerap mendapatkan ejekan dari sejumlah
kawannya karena pekerjaannya sebagai PRT, namun dirinya tidak menggubris dan
tetap bersemangat mengejar mimpinya.
"Yang mengejek, ya pasti ada, namun saya anggap angin lalu. Untuk dana,
saya sisihkan uang gaji, kadang saya pinjam teman, kadang juga diberi uang saku
sama Bapak (majikan, red.)," katanya.
Kini, Darwati berhasil mewujudkan mimpinya meraih gelar sarjana dan mampu
membanggakan kedua orang tuanya, bahkan sanggup meraih indeks prestasi
komulatif (IPK) 3,68 atau cumlaude.
Editor: B Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2015